Monday, December 27, 2010

Merbabu-via Selo-11-12 Desember 2010

11 Desember 2010. Pagi itu cuaca Jogja hujan rintik, sedikit menurunkan semangat untuk naek Merbabu...karena sudah beberapa kali tertunda, dengan membulatkan tekat akhirnya kami bersiap untuk pergi juga. Sebelum berangkat kami cek peralatan dan ternyata tenda kami sudah tidak layak lagi untuk dipakai mendaki, dan terpaksa harus beli dome baru. Untung saja di eiger baru ada diskon 20%, jadi bisa menghemat uang untuk yang lain..
Status merapi memang masih dalam kondisi siaga, dan dapat info kalau jalan ke Selo via Magelang g begitu bagus, sehingga kami memutuskan mengambil jalan lewat Klaten-Boyolali. Setelah ashar, hujan pun sedikit reda dan kami bertiga berangkat ke Selo dengan menggunakan sepeda motor. 
Sesampainya Selo tidak lupa mencatatkan nama kami di kantor polisi Selo, kami naik ke Basecamp Merbabu, jalan yang naik tajam dan sudah mulai gelap memang sedikit menyulitkan kami.. basecamp merbabu memang agak sedikit naik dan masuk jauh ke atas sekitar 15 menit naik motor.. 
Sesampainya di Basecamp kami pun mulai mempersiapkan diri dan tidak lupa untuk sholat serta berdoa.. Cuaca cukup cerah ketika kami naik, dengan ditemani bintang dan bulan sabit, kami masih bisa melihat bayangan hitam gunung Merapi yang masih mengeluarkan asap... 

Gunung Sumbing terlihat jelas dari Sabana 2

Merapi dengan kepulan asapnya

Dari Basecamp, kami melalui jalan yang lumayan datar melewati pepohonan yang tidak begitu lebat, sedikit memutar ke kanan dan naik... Kami ikuti tanda dan jalan yang lebih besar. Menurut saya jalurnya sudah lebih baik, dengan mencermati tanda yang ada.. tidak banyak tanda pos yang kami lihat, dan tiba2 sudah sampai pos 3.. Padahal kita baru berjalan 4 jam, dan waktu itu jam telah menunjukkan pukul 1 malam, dan sebentar lagi kita akan sampai pos Sabana 2. Pos sabana 2 merupakan padang sabana yang berada di punggung bukit sehingga angin cukup kencang apalagi di pagi hari. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos. Setelah menghangatkan badan dengan minuman hangat, akhirnya kami punterlelap tidur..tidak terasa sudah subuh, tetapi angin masih saja kencang, sehingga kami mengurungkan niat untuk summit attact. 

Merapi terlihat dari Sabana


Setelah angin dan hujan gerimis sudah berkurang kami pun keluar tenda dan membuat makanan serta minuman, dan kemudian naik. Pagi itu cuaca cukup cerah sehingga Merapi terlihat sangat kokoh. Saya melihat jam menunjukkan pukul 8.30 pagi, kami bergerak ke puncak Kenteng Songo, melewati sabana 3 dan kemudian puncak.. Kami membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapai puncak kedua (dari arah Basecamp) yang merupakan puncak tertinggi di gunung Merbabu ini. Sebenarnya puncak Merbabu ini ada 2 yaitu Puncak Syarif (sebelah timur puncak Kenteng Songo-atau puncak pertama yang akan ditemui kalau lewat jalur Kopeng) dan Puncak kenteng Songo. Setelah puas berfoto2 ria dan sholat dhuhur di atas puncak, kamipun memutuskan turun. Kabut mulai naik dan sedikit mengganggu pandangan, kami membutuhkan 1 jam untuk sampai lagi di Tenda kami (pos Sabana 2). Setelah makan dan packing tenda, tepat jam 2 kami langsung bergerak turun. Tidak terasa kami turun dengan sedikit berlari dan mencapai basecamp pukul 16.30 (2,5 jam) dengan selamat... Tidak menunggu lama, kami memutuskan untuk segera turun dan tidak lupa kami lapor ke kantor polisi jg bahwa kami telah kembali dengan selamat...


Foto track pendakian dan puncak Merbabu dari Sabana 3

Merapi

Pemandangan dari puncak Merbabu


Puncak Kenteng Songo

Saturday, November 20, 2010

Pantai Timang dan Wediombo

Wilayah Gunung Kidul cukup terkenal dengan pantai-pantai indahnya baik yang sering dikunjungi oleh wisatawan maupun yang masih jarang dikunjungi karena letaknya yang cukup terpencil ataupun akses yang sulit, kali ini kami mencoba mengunjungi dua pantai yang satu adalah pantai yang masih jarang dikunjungi wisatawan (Pantai Timang) dan satu lagi pantai dengan akses yang sudah cukup memadai (Pantai Wedi Ombo).

Perjalanan dilakukan dengan touring menggunakan motor dari Yogyakarta ke arah timur
Sebagai gambaran awal kami cuplikkan peta pantai seputaran Gunung Kidul

(foto diambil dari sini)


Pantai Timang


Pantai ini terletak sekitaran sundak-siung (belum masuk peta di atas sepertinya hehe)
Akses ke pantai ini cukup sulit, setelah jalan aspal untuk masuk ke dalamnya yang merupakan jalanan berbatu sehingga menjadi semacam ajang offroad, kami yang berboncengan beberapa kali harus menuntun motor untuk menghindari selip dan terjatuh. Akibatnya waktu yang ditempuh menjadi sekitar 3 jam

kondisi jalan

tapi tenang saja, karena semua itu terbayar LUNAS setelah menyaksikan pemandangan-pemandangan ini

hamparan hijau yang menyejukkan mata

batu karang besar di tengah laut

deburan ombak yang menghantam karang

dan yang unik dari pantai ini adalah adanya kereta gantung sederhana menggunakan prinsip katrol hasil buatan para nelayan sekitar.

kereta gantung sederhana

dan kamipun mencoba menaikinya

kalau beruntung bisa plus deburan ombak seperti ini

narsis sebelum naik kereta gantung

dan setelah puas bermain kami sedikit turun untuk menikmati pantai yang tak begitu luas namun indah ini

pasir putih

Puas bermain disini menjelang siang kami memutuskan untuk bergerak menuju pantai yang lain.

Pantai Wediombo
Akses menuju pantai ini cukup baik, jalanan beraspal sampai menuju pantainya, sudah ada orang berjualan, tempat parkir, maupun tempat-tempat untuk mengganti pakaian bagi yang ingin berbasah-basah ria disini. Meskipun sudah menjadi tempat yang sering dikunjungi wisatawan, namun pantai ini bisa dikatakan pantai yang cukup bersih.

View pantainya cukup lebar disertai beberapa batu karang dan ombak kecil di sela-selanya.


tak berlama-kami disini karena hari pun sudah mulai gelap namun pemandangan menjelang sunsetnya sungguh indah





Tuesday, July 27, 2010

Pacitan On Vacation (Gua Gong dan Pantai Klayar) 15 Maret 2009

Pacitan-"Kota 1001 Gua", itulah slogan pariwisata kota kabupaten yang paling barat di propinsi Jawa Timur. Memang cukup beralasan slogan itu di dengung-dengungkan, tidak sedikit gua di temukan di daerah ini yang mamang merupakan kawasan perbukitan kapur (Karts) dan sederet dengan bukit seribu Gunung Kidul. Tengok saja gua Gong-gua yang konon memiliki stalagtit dan talagmit yang sangat indah, selain itu juga ada gua tabuhan, yang tidak kalah menariknya... 
Goa Gong
Berbekal dengan informasi yang cukup kami berempat akhirnya berangkat juga ke kabupaten Pacitan melalui Gunung Kidul dan Wonogiri. Diperlukan kurang lebih 4 jam perjalanan dengan motor untuk mencapai Gua Gong dari kota Jogjakarta.  Gua Gong berada di daerah Punung ini merupakan gua kapur yang sangat indah dan eksotik. Berikut adalah tangkapan kamera kami :

Perbatasan Jawa Tengah dengan jawa Timur

Tempat Parkir kawasan Goa Gong

Pintu masuk Gua Gong



Foto-foto narsis di dalam gua

Pantai Klayar
Setelah puas berputar2 di dalam gua, perjalanan kami pun berlanjut menuju selatan ke arah pantai yang masih sangat asri dan eksotik, yaitu pantai Klayar. Berbeda dengan pantai Teleng ria yang lebih dulu terkenal dan ramai, pantai ini masih sangat sepi. Kami sampai di pantai ini di sore hari ketika air laut mulai surut, sehingga banyak kerang yang bisa diambil untuk di masak.hehe
Setelah puas bermain di pasir putih dan menikmati keindahan sunset, kami akhirnya memutuskan untuk mendirikan tenda di pantai dan bermalam di sini. Malam hari di pantai memang benar2 sepi, di temani dengan suara debur ombak, kami mulai memasak makanan seadanya, beruntungnya saja di pantai ini ada aliran sungai kecil sehingga kami tidak perlu jauh2 mengambil air tawar untuk membuat kopi..hehe
Yang menarik dari pantai ini adalah batu yang berbentuk klayar di sebelah timur pantai, selain itu disini ada fenomena semburan yang sangat jarang ada di pantai-pantai lain di Jawa. Semburan ini berasal dari ombak yang melewati bawah karang dan tersembur melalui lubang kecil. Sungguh fenomena yang sangat menarik. Berikut foto-foto narsis kami: hehe 








Add caption

Posted by Aan





Amazing Semeru 9-15 Juli 2010

Mahameru..........ketika mendengar kata itu saya jadi teringat lagunya Dewa19 tentang puncak gunung Semeru ini.. Ya, inilah gunung yang sangat indah dengan pemandangannya dan menjadi impian para pendaki di Indonesia untuk menakhlukkannya karena medannya yang sangat menantang... Pendakian kali ini mengingatkan saya pula tentang pendakian terakhir saya ke gunung ini 6 tahun yang lalu ketika saya baru di terima sebagai mahasiswa baru UGM serta mengingatkan pula dengan cerita persahabatan di novel 5cm yang sungguh sangat menggugah saya untuk menginjakkan kembali kaki saya ini di dataran tertinggi di pulau Jawa ini yang konon sebagai tempat "puncak para Dewa"..
Perencanaan pendakian ini sebenarnya sudah dirancang jauh2 hari, bahkan jauh2 bulan bahkan sudah direncanakan 1,5 tahun yang lalu, tapi berhubung dengan adanya kejadian tak terduga dan penutupan pendakian Semeru selama 5 bulan ( Januari-Mei 2010), maka ekspedisi Semeru ini baru berhasil terlaksana tanggal 9-15 Juli 2010 ini. Ekspedisi ini memang tidaklah selancar pendakian biasanya, karena banyak dari teman2 yang semula ingin ikut tidak bisa bergabung dengan team ini dikarenakan banyak hal yang tidak bisa di tinggalkan, yah suatu saat nanti kita akan kembali ke gunung ini kawan...don't worry..
Ekspedisi Semeru 2010, itulah judul dalam kaos yang akan kami buat..(hehe), Pendakian kali ini diikuti oleh 6 orang yang benar2 tergila2 dengan Semeru, yaitu saya sendiri (aan), sahabat saya Gerry, shafa (adek saya), Yuyun "Catur", Asnidar, serta Dhewi. Kami adalah Mahasiswa Kimia UGM khususnya Pascasarjana 2009 kecuali shafa (Math UNY'06)...Kami berangkat dari Jogja tepatnya dari kostnya Gerry (red. warnet Phenom) pukul 20.30 malam untuk menuju ke Lempuyangan berharap masih bisa mengejar kereta Gayabaru Malam dengan tujuan Surabaya. Malam itu kereta datang terlambat, bahkan menurut saya sangat terlambat karena yang seharusnya datang sekitar pukul 21.00 malam, tetapi baru tiba pukul 23.30... 
Lempuyangan
Kami pun menumpang kereta ke Surabaya ini dengan berdiri, karena memang kereta malam itu sangat penuh sesak dengan orang. Yah beginilah kereta ekonomi dengan tarif Rp 26.000 per orang, sangat ekonomis untuk para pendaki seperti kami, sepanjang malam kami lewatkan dengan suara pedagang yang lalu lalang di depan kami, walaupun begitu kamipun harus bisa tidur malam itu juga dan akhirnya kami sampai stasiun Wonokromo sekitar pukul 5.15 pagi, tepat ketika kereta pertama ke Malang berangkat...yah, karena keterlambatan itu kami harus menunggu kereta selanjutnya sekitar jam 7.45. Kereta ke-2 ini sudah sangat sesak ketika kami masuk, bahkan kami hanya bisa berdiri di sambungan gerbong, itupun masih harus berdesakan dengan penumpang lain di stasiun selanjutnya sampai2 tidak bisa bergerak dalam posisi berdiri. Penderitaan selama 2 jam itu berakhir ketika kami mencapai stasiun Lawang-Alhamdulillah kami bisa turun dengan selamat...

Stasiun Wonokromo-Surabaya
Stasiun Lawang-Malang
Perjalanan kami belum berhenti sampai situ, segera setelah sampai kami segera ke luar stasiun dan mencari angkutan umum untuk ke terminal Arjosari Malang yang memerlukan waktu kurang lebih 45-60 menit, dan sebelum sampai terminal pak sopir sudah tau kami harus mencari angkot apa sehingga kami di berhentikan di samping angkot putih yang menuju ke arah Tumpang...Perjalanan ke tumpang hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, dan kamipun sampai di daerah Tumpang sekitar pukul 11.00 siang, dan lagi2 kami tertinggal jeep yang sudah siap berangkat....akhirnya kamipun harus menunggu lama, yaitu menunggu pendaki lain yang hendak bergabung untuk menaiki jeep. Jeep merupakan sarana transportasi yang ada untuk menuju Basecamp Ranupane dengan bayaran Rp 450.000 per pemberangkatan. Idealnya satu kali pemberangkatan berisi 15 orang sehingga per orang di kenai biaya Rp 30.000, berhubung kami cuma ber-6 maka ketika biaya sebesar itu harus kami tanggung sendiri, maka akan sangat berat jadinya. Selama di Tumpang, kami sempatkan untuk mengisi amunisi pendakian, seperti sayuran, makanan, minyak tanah, dll. karena di daerah ini  terdapat pasar dan beberapa toko dan supermarket yang cukup lengkap. Sempat beberapa kali kami mendengar sedikit pandangan remeh terhadap team kita, karena memang cuma beranggotakan 3 laki2 dan 3 perempuan, yang merupakan komposisi yang sangat tidak ideal untuk pendakian ke Semeru yang tergolong merupakan ekspedisi, tapi mereka salah dengan asumsi mereka, kami adalah team yang solid. Pada sore harinya baru kita memperoleh teman untuk naik ke Ranupane, teman2 ini lah yang nantinya akan menjadi teman2 sependakian selama di Semeru. Mereka ber-4 berasal dari Jakarta dan baru pertama kali mendaki Semeru, sehingga kita sepakat untuk mendaki secara bersama2. Kami ber-10 berangkat dari Tumpang sehabis magrib menuju Ranu Pane (2 jam perjalanan), sehingga sampai Basecamp sudah sangat malam sekitar pukul 21.00. Pada perjalanan dengan jeep ini, kami diberhentikan sejenak di Pos SPTN2-Semeru untuk melengkapi perijinan pendakian Semeru (syarat : fotokopi KTP/KTM dengan surat keterangan sehat, masing-masing rangkap 2), kami ber-6 + 2 kamera membayar biaya perijinan dan asuransi sebesar Rp 59.000. Sesampainya di Ranu Pane, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di pondokan gratis, berhubung penuh, kamipun mendirikan tenda di luarnya, dan berencana melakukan pendakian di pagi harinya. 
Basecamp Ranu Pane

Peta Pendakian Semeru
Sumber : http://petualang-indonesia.com/forum/index.php?topic=681.0
Sekitar pukul 11.00 pagi kami ber-6 + 4 orang = 10 orang meregistrasi ulang pendakian di Basecamp Ranupane. Dengan semangat yang berkobar-kobar dan tidak lupa doa kami berangkat dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo. Kami memilih jalur yang biasa digunakan pendaki yaitu melewati Watu Rejeg, dengan menyusuri jalan raya, memasuki ladang penduduk dan belok ke arah kiri mengikuti patok yang telah ada. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo memerlukan waktu 4-6 jam tergantung dari kemampuan pendaki, dengan jalur yang relatif mudah yaitu melewati beberapa bukit dan 4 pos. Karena perjalanan kami lakukan dengan cukup santai sehingga kami baru mencapai Ranu Kumbolo pukul 16.00, dan saat itu kabut pun mulai turun sehingga ketika mendirikan tenda kami sedikit dihadiahi hujan gerimis sampai malam hari.. Cuaca memang sangat dingin apalagi mendekati subuh ketika kita keluar untuk berwudhu... 

Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo-padang Rumput
Ranu Kumbolo-in the morning
beautiful Lake (Ranu Kumbolo)

Tourist sedang makan pagi di padang rumput Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo begitu indah, sehingga mampu menyihir setiap orang yang datang, termasuk kami ber-6, dan pagi itu tidak kami sia-siakan untuk mencoba berenang di danau dengan ketinggian 2600 MDPL itu, sangat dingin, tapi begitu menyegarkan. Perlu di perhatikan untuk tidak mencuci atau mandi dengan sabun di danau ini, karena kita digunakan bersama-sama untuk air minum, mari kita jaga kelestarian Ranu Kumbolo ini. Setelah mengisi amunisi dan packing, kami pun siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Kalimati.

Ranu Kumbolo (dari tanjakan cinta)
Pos Ranu Kumbolo
Tanjakan Cinta
Mentari di Tanjakan Cinta
Kami berangakat sekitar pukul 11.00 siang, dan dimulai dengan track yang cukup menanjak yaitu melewati tanjakan Cinta. Heemmm.....berkaitan dengan cinta lagi???konon orang yang bisa melewati tanjakan ini dengan tidak berhenti dan menengok ke belakang, dia akan sukses dalam cintanya. Wah2, karena dengar mitos seperti itu tidak ada salahnya kalau dicoba, wah, ternyata berat juga apalagi dengan beban carier di belakang dan tas ransel di depan, baru sampai setengah saya sudah berhenti.hehe... setelah menikmati beristirahat sejenak di atas Tanjakan cinta dengan pemandangan Ranu Kumbolo dari atas, kami melanjutkan perjalanan melewati padang rumput yang sangat luas yang di sebut dengan Oro-oro Ombo. Tidak kalah menakjubkannya tempat ini dengan rumput-rumput dan bungan berwarna ungu yang tingginya melebihi tinggi orang biasa..wuihhh...seperti berada di dalam hutan rumput.......
Oro-oro Ombo
Oro-oro Ombo dengan rumput yang tinggi
Setelah beberapa lama melewati Oro-oro Ombo kami pun sampai di kaki bukit yang di tumbuhi dengan pohon cemara, daerah ini di sebut dengan Cemoro Kandang. Di daerah ini banyak terdapat pohon cemara yang besar2 serta buah ceplukan (bahasa jawa) yang tersebar disepanjang jalan. Perjalanan melewati cemoro kandang ini sebenarnya hanya mengelilingi Gunung Kepolo yang tepat berada di sebelah utara dari puncak Mahameru.... Setelah melewati Cemoro kandang kita akan melewati blog Jambangan yang merupakan padang sabana, yang banyak terdapat hewan liar seperti Rusa. daerah Jambangan ini track nya menurun sehingga sangat cepat untuk dilewati. Pada saat melewati daerah ini lagi-lagi kami di guyur hujan yang sangat dingin hingga mampu memusingkan kepala. Kami sampai Kalimati sekitar pukul 16.00, dan langsung bergegas memasuki pondokan dan mempersiapkan makanan serta minuman untuk menghangatkan diri. 
Cemoro Kandang

Pos Kalimati
Puncak Mahameru-dari Kalimati
Sekitar pukul 19.00 hujan sudah mulai reda, dan dua orang dari kami berniat untuk mencari air untuk persiapan summit attack tengah malam nanti. Berbekal pengelaman 6 tahun yang lalu, saya dan teman2 mencoba mencari sumber air satu-satunya di Kalimati yaitu Sumbermani yang terletak di sebelah barat dari kalimati yaitu kurang lebih 30 menit perjalanan menyusuri aliran sungai ke arah bawah. Setelah mengisi air minum, kamipun harus segera tidur untuk mempersiapkan stamina untuk naik ke puncak tengah malam nanti. Tepat pukul 23.00 kami bangun dan mulai mempersiapkan diri untuk summit attack, dan sekitar pukul 24.00 kami pun melakukan perjalanan yang paling berat dalam pendakian ini. Dimulai dari Kalimati ke arah timur, kami mulai menyusuri hutan pinus yang sangat dingin dengan bekas air hujan sore tadi. Kami susuri hutan itu dengan melewati Arcopodo dan beberapa prasasti, saya lihat bahwa daerah ini telah berubah akibat letusan bulan januari kemarin, dengan jalan yang begitu sempit dan sangat susah dilalui sehingga perlu berhati-hati untuk melewatinya.
Arcopodo
Pendakian ke puncak Mahameru memang tidak hanya membutuhkan fisik yang kuat, tetapi juga mental dah semangat yang tidak ada habis2nya. Sangat menguras tenaga, setiap dua langkah kaki ini menginjak di atas pasir, maka akan turun satu langkah. Tidak hanya itu, dinginnya pasir di malam itu mampu membekukan jari-jari tangan dan kaki sehingga sangat susah untuk di gerakkan. Perubahan medan pendakian telah kami antisipasi dengan menyiapkan tali rafia yang kami ikatkan tiap beberapa meter ke batu yang ada di sekitar kami, karena memang benar bahwa cemoro tunggal yang sebelumnya menjadi patokan jalan turun telah tumbang. Karena beratnya medan, kamipun hanya melewatkan sunrise di punggung puncak Mahameru ini. Setelah beberapa lama menggeluti pasir, akhirnya kamipun bisa sampai ke Puncak Mahameru sekitar pukul 8.30. Setelah berfoto sejenak, kami pun turun, karena angin saat itu memang tidak bisa di prediksi sesuai himbauan Taman Nasional Bromo-Semeru-Tengger yang sebenarnya hanya memperbolehkan pendakian sampai pos Kalimati. Kamipun turun dengan cepat, karena memang angin sudah mulai berhembus ke arah pendakian dan yang kami takutkan adalah adanya gas beracun...
Sunrise-di pendakian ke puncak

Beginilah kemiringan lereng ke puncak Mahameru

Suasana padang pasir di Puncak Mahameru

Puncak Mahameru-menghadap ke utara

Puncak Mahameru-bagaikan negeri diatas awan
Perjalanan turun melewati lereng pasir begitu cepat kita lewati (hanya sekitar 20-30 menit) sangat beda dengan pendakian semalam yang memerlukan waktu berjam-jam. Setelah melewati Arcopodo dan hutan pinus, akhirnya kami sampai di Kalimati sekitar pukul 12.00 siang harinya...Setelah beristirahat bebarapa saat dan mengambil air minum di Sumbermani, kamipun langsung meneruskan perjalanan pulang ke Ranu Kumbolo sore harinya sekitar pukul 15.30. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo bukanlah perjalanan yang mudah sore itu, masih ada sedikit rasa capek dari puncak dan disuguhi pula dengan hujan yang sangat deras bahkan diselingi petir ketika melewati cemoro kandang dan Oro-oro ombo, bahkan oro-oro ombo pun sudah sedikit tergenang air setinggi mata kaki ketika itu. Kami melewati oro-oro ombo sekitar magrib, sehingga sudah tidak terlihat mana jalannya, bahkan ketika menaiki bukit kami seringkali terjatuh karena begitu licinnya track akibat hujan yang sangat deras.. Finally kamipun berhasil mencapai Ranu Kumbolo walaupun dengan basah kuyup, dan kamipun langsung menuju pos dan menggunakan satu ruang untuk tempat tidur kita malam itu.. Setelah malam yang begitu melelahkan, pagi harinya kamipun bersiap untuk kembali menuju Basecamp Ranu Pane, serasa keindahan ini akan segera selesai, maka kamipun agak sedikit berlama-lama di Ranu Kumbolo sambil menikmati pemandangan dan menunggu pakaian kami kering, tepat setelah dhuhur baru kami  berangkat menuju Ranu Pane. Di tengah perjalanan lagi-lagi kami disambut dengan hujan yang lumayan membuat kami kedinginan di jalan. Selain jalan yang berkabut, kami pun disuguhi pemandangan segerombolan monyet di daerah Watu Rejeg. Akhirnya kami bisa mencapai Ranu Pane sesaat ketika senja mulai tenggelam. Sesaat setelah beristirahat sejenak, kamipun berkemas, kelompok kami terbagi menjadi dua, ada yang ingin meneruskan ke Bromo, dan adapula yang langsung pulang ke Jogja.

Ranu Kumbolo-ketika perjalanan pulang

tanjakan Ranu Kumbolo
Perjalanan pulang ke Jogja dilakukan dengan menggunakana Jeep yang hanya berisi 5 orang dengan biaya yang cukup murah yaitu Rp 180.000, sesampainya di Tumpang kami langsung ke terminal Arjosari dengan angkutan putih yang beroperasi 24 jam dengan tarif Rp 5.000 per orang, sesampainya di Arjosari yaitu sekitar pukul 21.30 kami langsung menumpang angkutan terakhir menuju Surabaya dengan tarif Rp 15.000 dan sampai di terminal Surabaya pukul 24.00, setelah bersistirahat sebentar kamipun beranjak mencari bus jurusan Jogja yang beroperasi 24 jam non stop. Tarif Bus Jogja-Surabaya adalah sekitar Rp 35.000, dengan kecepatan tinggi, kami sampai di Jogja dengan selamat sekitar pukul 5.30 pagi harinya....

Perjalanan ke Bromo
Bromo-by motorcycle
Pemandangan ke Bromo
Gunung Bromo-dari padang pasir
Pemandangan dari kawah Bromo
Tangga menuju Kawah Bromo
Team ke-2 pada malam harinya bermalam di Ranu Kumbolo dan meneruskan perjalanan ke Bromo di pagi harinya..Dengan berbekal sewaan ojek sebesar Rp 100.000/orang, kami pun diajak berkeliling Bromo di pagi harinya dengan pemandangan yang tidaak kalah indahnya, dan dianatar langsung ke tumpang pada siang harinya dan pulang ke jogja. End

Red : Aan